Mengenal Pola Khataman Al-Quran: WALLPAPER

Pada 7 s/d 8 Mei 2016 lalu, 3,2 juta lebih umat Islam secara serentak (24 jam) membaca dan mengkhatamakan Alquran sebanyak 342 ribu kali khatam. Bagaimana hal ini bisa dilakukan?

Membaca Alquran telah menjadi kebiasaan bahkan tradisi umat Islam. Kebaikan tersebut biasa dilakukan di Masjid, Mushalla, Tempat Pengajian, termasuk di rumah masing-masing. Seperti apa Khataman Al-Quran itu, bagaimana keutamaannya dan bagaimana pula cara atau pola yang dilakukan dalam mengkhatamkan Al-Quran secara serentak, berikut paparannya melalui pengalaman Nusantara Mengaji.

Pengertian Al-Quran

Al-Quran sebagaimana pengertian secara bahasa, berasal dari akar kata qara’a, yaqra’u, qur’anan, merupakan bacaan, yang berisi kalam-kalam Allah dalam bentuk bacaan dan terdiri dari 30 juz, 114 surah, atau 6.236 ayat menurut riwayat Hafsh.

Sedangkan secara terminologi atau istilah “Al-Quran adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan mempelajari al Qur’an adalah ibadah, dan al Qur’an dimulai dengan surat Al-Fatihah serta ditutup dengan surat Annas”. (Muhammad Ali Ash-Shabuni).

Alquran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia sejatinya untuk dijadikan sebagai pelajaran, petunjuk, dan pedoman hidup, pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, pemberi kabar gembira bagi umat Islam, menjadi rahmat dan juga obat bagi orang-orang yang beriman.

Khataman Al-Quran, membaca dan keutamaannya

Khataman Al-Quran adalah kegiatan membaca Al-Quran yang dimulai dari surah Al-Fatihah hingga surah an-naas (114 surah). Bisa dilakukan secara berurutan, yakni mulai dari juz 1 hingga juz 30, atau dilakukan secara serentak, yakni 30 juz dibagi sesuai jumlah peserta.

Khataman Alquran dapat dilakukan dengan cara bil ghaib yakni hafalan, atau binnadhor, membaca dengan melihat.

Adapun keutamaan membaca Alquran sangat jelas disebutkan di dalam Alquran dan sabda Rasulullah SAW. Pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang membaca Alquran akan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali lipat. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh At-Turmudzi sebagai berikut :

Dari Abdullah bin Masud RA berkata : “Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan, dan atu kebaikan itu dilipatkgandakan sepuluh, saya (Rasulullah) tidak berkata aliflammim itu satu huruf, namun alif itu satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”

Allah SWT juga berjanji untuk menyempurnakan pahala dan karunia-Nya bagi orang-orang yang selalu membaca Alquran, melaksanakan shalat, dan menginfakkan rezekinya. Hal ini terungkap dalam firman-Nya dalam surah fathir ayat 29-30.

Kemudian sebagaimana keterangan Rasulullah SAW bahwa Allah SWT juga sangat mengutamakan orang-orang yang membaca Alquran dengan cara mengirimkan para malaikat untuk turut berdoa bersama mereka. Selain itu, bacaan Alquran menjadi penyelamat bagi para pembacanya kelak dihari akhir, sebagimana disampaikan dalam hadits riwayat at-Turmudzi, yang artinya :

Dari Umamah Albahili sesungguhnya Rasulullah bersabda : “Bacalah Alquran sesungguhnya kelak di hari kiamat Alquran akan datang sebagai pembaca syafa’at bagi pembacanya.”

Mushaf Alquran yang digunakan.

Kita ketahui bahwa format mushaf Alquran yang beredar di Indonesia cukup beragam. Selama itu adalah mushaf rasm Utsmani , kaidah yang disepakati oleh Sayyidina Utsman RA dalam penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an dan hurufnya, maka sejatinya itu tidak ada perbedaan mendasar. Perbedaan yang ada hanya sekedar cara memudahkan muslimin di berbagai negara untuk mudah membacanya, misalkan perbedaan dalam memberikan tanda wakaf, atau tanda baca lainnya yang tidak merubah tanda baca dasar.

Mushaf Al-Quran yang beredar di Indonesia dapat kita ketahui terdiri dari beberapa format, di antaranya format 15 baris, 16 baris dan 18 baris. Bahkan ada yang 13 baris. Namun secara umum yang beredar adalah selain format 13 baris.

Nah, singkatnya, Nusantara Mengaji mempersilahkan kepada muslimin untuk menggunakan mushaf Alquran yang beredar dan telah ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Kementerian Agama Republik Indonesia, baik yang terdiri dari format 13, 15, 16 dan 18 baris.

Adapun Nusantara Mengaji telah menerbitkan sendiri Mushaf Alquran bekerjasama dengan Lembaga Tahfidz dan Tahsin Nurul Quran yang telah ditashih (dikoreksi dan dibenarkan) oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran kementerian Agama RI.

Mushaf Nusantara Mengaji termasuk kategori Mushaf Bahriyyah (pojok). Yaitu Mushaf yang biasa digunakan oleh para penghafal Al-Quran, dengan ciri-ciri : setiap akhir halaman diakhiri dengan tanda ayat (waqaf), setiap ayat tidak terpisah oleh halaman, setiap halaman terdiri dari 15 baris, setiap juz dalam alquran terdiri dari 20 halaman (10 lembar), kecuali juz 1 (terdiri dari 21 halaman) dan juz 30 (terdiri dari 23 halaman).

Manfaat jenis mushaf seperti ni juga sangat bermanfaat bagi muslimin yang ingin menghafal al-quran. Font yang digunakan juga jelas dan mudah bagi yang berusia lanjut dan kertas yang digunakan adalah putih.

Pola Khataman

Sebagaiman dijelaskan di atas bahwa membaca dan khataman Al-Quran dibagi menjadi dua pola. Pertama, membaca dimulai dari juz satu, surah al-Fatihah, sampai dengan juz 30, surah annas secara berurutan, disebut dengan simaan.

Pembacanya oleh satu orang dan disimak oleh yang lainnya. Pembaca bisa dilakukan secara bergantian. Hal ini membutuhkan waktu lama. Bagi mereka yang hafidz Alquran bisa mengkhatamkan Al-Quran selama setengah hari. Bila satu juz dibaca selama 20 menit, maka ia bisa mengkhatamkan Al-Quran selama 10 jam. Bagi yang belum begitu lancar, waktu yang dibutuhkan tentu tidak cukup selama 24 jam non stop.

Cara kedua, membaca Alquran 30 juz secara serentak atau dalam waktu bersamaan, yakni dengan cara pembagian juz. Ada yang menyebutnya dengan khatmul barqi, khataman kilat.

Adapun pola yang dilakukan adalah 30 juz di bagi jumlah peserta dalam suatu majelis. Bila suatu majelis terdiri dari 30 orang, maka setiap orang mendapat kesempatan membaca 1 juz. Bila lebih dari 30 orang, maka kesempatan kelipatan khataman dapat dilakukan, yakni dua kali khataman atau lebih.

Pada prinsipnya, pola ini disesuaikan dengan kemampuan peserta. Bila di antara peserta masih belum lancar dalam membaca Alquran, maka satu juz bisa dibagi berdua. Demikian seterusnya berdasarkan prinsip proporsional.

Nusantara Mengaji menggunakan dua pola tersebut di atas. Tentu dengan harapan agar tradisi mengaji Alquran (tadarus Alquran, khataman Alquran, tadabbur Alquran) oleh umat Islam menurunkan ketenangan jiwa, meraih keselamatan, keberkahan dan limpahan rahmat Allah SWT

Selengkapnya